SANTRI.WEB.ID, Medan – Dalam sejarah kepemimpinan Islam, seorang kholifah selain berperan sebagai pemimpin negara, juga pemimpin spiritual (agama). Selain itu, mengeluarkan kebijakan terkait persoalan-persoalan negara dan rakyat, juga mengeluarkan fatwa-fatwa hukum terkait berbagai persoalan agama yang berkembang dalam masyarakat. Hal ini menunjukkan kholifah mempunyai peran dan fungsi ganda, yaitu pemimpin agama juga pemimpin negara.
Sejalan dengan itu, Rektor Universitas Islam Negeri (UIN) Sumut, Prof. Dr. H. Syahrin Harahap, MA menyimpulkan ketepatan memposisikan umat dan kemampuan mencari solusi bagi masalah umat, merupakan kunci bagi kemajuan Islam sepanjang sejarah.
Kesimpulan itu diungkapkan Prof. Syahrin saat tampil sebagai pembicara di acara silaturahim bersama Ulama, Cendikiawan dan tokoh masyarakat yang digelar Majelis Ulama Indonesia (MUI) Sumut di Hotel Grand Inna Dharma Deli Medan, Sabtu-Minggu, 23-24 April 2022.
Dalam ceramahnya yang berjudul “ Posisioning Umat dan Peran Ulama itu, Prof. Syahrin mengurai kondisi umat dan Ulama saat ini. Menurut Prof. Syahrin, ada kegamangan umat melihat kondisi saat ini. Sehingga yang terjadi adalah, umat hanya sebagai konsumen, bukan produsen puncak peradaban.
“Akhirnya kita hanya dijadikan sebagai suplemen dalam blok dunia. Dan yang lebih parah kita tertuduh sebagai basis radikalisme. Apalagi kita rendah dalam inovasi dan kreasi Ilmu serta Tekhnologi (IT), “ tegas Prof. Syahrin.
Kondisi inilah, Prof. Syahrin menilai, umat dan ulama akhirnya kehilangan bobot kepeloporan. Kendati mayoritas jumlah, tapi minoritas dalam kekuatan (power). Akibarnya, umat ini terbelah dalam gerakan dan merasa tersingkir, yang pada akhirnya ada yang menarik diri dari kancah perjuangan. “ Ini perlu jadi perhatian yang serius, “ tambah Prof. Syahrin.
Untuk itulah, Prof. Syahrin menegaskan perlunya memantapkan peran ulama dalam posisioning umat. Sebagai pewaris “pembawa pesan langit”, ulama harus memiliki lidah yang tajam. “ Berperan sebagai khalifah para Rasul, ulama harus sebagai mutamasik dan pelaksana amanah-amanah Rasul, “ jelas Prof. Syahrin.
Selain itu, Prof. Syahrin mengungkap, ulama harus mengintegrasikan kealiman dan ke’abidan, sehingga disegani umat karena takut kepada Allah. Dengan begitu, ulama akan memiliki martabat yang tinggi karena berhasil menjaga umat. “ Dan, pada akhirnya Allah akan mengabulkan permintaan dan obsesi para ulama, “ ucap Prof. Syahrin.
Upaya untuk menggapai tujuan mulia itu, salah satunya, diperlukan managemen keyakinan. Maksudnya, semua harus meyakinkan diri, bukan hanya menang melawan musuh, tetapi juga harus menang melawan diri sendiri. Sebab, kemenangan sejati adalah, bila kita yakin dan haqqul yaqin bahwa kebenaran pasti menang melawan kebathilan. “ Ini sudah diisyaratkan Allah dalam Quran surat Alisra’ ayat 81, “ pungkas Prof. Syahrin.***