Kunjungan Rombongan Santri Filipina: Dialog Antaragama dan Keberagaman Budaya di Kota Madiun

Pujian tak henti mengalir untuk kawasan Pahlawan Street Center (PSC) yang menjelma sebagai magnet utama wisata di Kota Madiun. Suara pengagum bergema, termasuk dari Muhammad Nur, seorang santri dari Markas Mustafa Zamboanga, Filipina, yang mengunjungi PSC pada hari Rabu yang bersemangat (6/3).

“Dalam kunjungan ini, Kota Madiun bukan hanya seperti destinasi lokal, melainkan seakan menjelajahi berbagai negara,” ujarnya dengan mata berbinar.

Namun, sorotannya tertuju pada replika Ka’bah yang menakjubkan, yang membawa dirinya pada kesan langsung akan kemiripan dengan Ka’bah asli di Mekkah. Begitu juga dengan keindahan ornamen yang melambangkan nuansa Timur Tengah, semakin membuatnya terpukau.

Tidak hanya Muhammad Nur, sepuluh warga Filipina lainnya juga turut serta dalam kunjungan ini. Lima di antaranya, termasuk Muhammad Nur, sedang dalam proses melaksanakan Khuruj di Kota Madiun, sebuah bentuk dakwah yang membawa mereka berkeliling dari tempat ke tempat. Sementara itu, enam orang lainnya tengah menuntut ilmu di Pondok Pesantren Al Fatah Temboro, Magetan.

“Insya Allah, September mendatang kami akan kembali dengan rombongan yang lebih besar,” tambahnya sembari tersenyum.

Tak hanya menjelajahi keindahan PSC, rombongan Filipina juga diajak merasakan kehangatan spiritual di beberapa lokasi religi lainnya di Kota Pendekar. Diantaranya adalah Masjid Kuno Taman dan Masjid Kuncen.

“Kami juga berziarah ke makam para ulama dan mendoakan keselamatan di sana,” tuturnya penuh rasa haru.

Keberadaan rombongan Filipina tersebut tak hanya sekadar mengeksplorasi keindahan fisik kota, tetapi juga mendalami kekayaan spiritualnya. Mereka tidak hanya menyaksikan keberagaman budaya dan arsitektur, tetapi juga meresapi nuansa keagamaan yang kental.

Dalam perjalanannya, setiap sudut kota Madiun memberikan pengalaman baru bagi mereka. Suara adzan yang menggema di masjid-masjid kuno, sentuhan haru di makam-makam ulama, dan keramahan warga setempat menjadi bagian tak terpisahkan dari petualangan spiritual mereka.

Muhammad Nur dan kawan-kawan tak hanya menjadi saksi, tetapi juga aktor dalam memperkuat jalinan antarumat beragama. Kehadiran mereka memberikan warna baru dalam keragaman kultural yang kental di Kota Madiun. Mereka tidak hanya mengunjungi, tetapi juga berbagi, belajar, dan memperkaya pengalaman bersama warga setempat.

Dengan semangat dan keyakinan yang menginspirasi, rombongan ini membawa pulang lebih dari sekadar kenangan visual. Mereka membawa pulang keberkahan dan kehangatan hati dari tempat yang jauh, memperkaya kekayaan spiritual dan mengukuhkan tali persaudaraan antarbangsa.

Kehadiran rombongan Filipina tidak hanya menciptakan ikatan kultural, tetapi juga menunjukkan betapa pentingnya dialog antaragama dan kerukunan antarumat beragama. Mereka menjadi contoh hidup bagi semangat toleransi dan kerjasama lintas budaya.

Melalui kunjungan ini, Kota Madiun tidak hanya menjadi tujuan wisata biasa, tetapi juga panggung untuk memperlihatkan keindahan perbedaan yang dapat menyatukan. Setiap sudut kota menjadi saksi dari pertemuan antara keberagaman dan persatuan, menggambarkan betapa berharga dan beragamnya perjalanan spiritual.

Dengan setiap langkahnya, rombongan ini membawa pesan perdamaian dan persahabatan dari Filipina ke Kota Pendekar. Mereka tidak hanya berbagi cinta untuk keindahan alam dan seni, tetapi juga semangat untuk membangun dunia yang lebih baik, satu langkah pada satu waktu.

Sebagai harapan, kunjungan mereka tidak hanya meninggalkan jejak-jejak kebahagiaan dan inspirasi, tetapi juga menumbuhkan benih-benih perdamaian yang akan terus berkembang di masa depan.

Pos terkait