Kekhusyukan Ibadah Terancam, Kiai Miftachul Akhyar Ungkap Penyebabnya

Kekhusyukan Ibadah Terancam

SANTRI – Rais Aam Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU) KH Miftachul Akhyar mengingatkan bahwa kekhusyukan ibadah terancam dalam beribadah kepada Allah SWT bisa terancam oleh berbagai faktor, salah satunya adalah terlalu banyak harta benda dan kesibukan duniawi.

Pernyataan ini disampaikan Kiai Miftachul Akhyar saat mengisi pengajian Syarah Al-Hikam yang diunggah di kanal Youtube Multimedia KH Miftachul Akhyar, Jumat (29/3/2024).

“Orang yang tak bisa khusyuk karena dunianya terlalu banyak,” kata Kiai Miftachul Akhyar.

Lebih lanjut, Kiai Miftachul Akhyar menjelaskan bahwa ketika seseorang memiliki banyak harta dan kesibukan duniawi, pikirannya akan selalu tertuju pada hal-hal tersebut, sehingga sulit untuk fokus pada ibadah.

“Kalau dunianya banyak, pikirannya ke mana-mana. Mikirnya harta, mikirnya jabatan, mikirnya bisnis. Ini yang menyebabkan tidak bisa khusyuk,” terangnya.

Kiai Miftachul Akhyar menegaskan bahwa bukan berarti manusia tidak boleh memiliki harta benda atau kesibukan duniawi. Namun, keseimbangan antara dunia dan akhirat perlu dijaga agar ibadah dapat dilakukan dengan khusyuk.

“Bukan berarti kita tidak boleh punya harta. Tapi, jangan sampai harta menguasai kita. Kita harus menguasai harta,” tegasnya.

Kiai Miftachul Akhyar kemudian memberikan beberapa tips agar seseorang dapat khusyuk dalam beribadah, di antaranya:

  • Meniatkan ibadah dengan ikhlas karena Allah SWT.
  • Menjaga ketenangan pikiran dan hati.
  • Memfokuskan diri pada bacaan dan gerakan salat.
  • Menghindari hal-hal yang dapat mengganggu fokus.

“Kalau kita ingin khusyuk dalam beribadah, maka kita harus menjaga hati dan pikiran kita. Jangan sampai kita terbebani oleh masalah duniawi,” tandasnya.

Dampak Terlalu Banyak Harta dan Kesibukan Duniawi

Psikolog Dr. Rosalina Lintang Pratiwi, M.Psi., Psikolog, mengamini pernyataan Kiai Miftachul Akhyar bahwa terlalu banyak harta dan kesibukan duniawi dapat mengganggu kekhusyukan ibadah.

“Secara psikologis, ketika seseorang memiliki banyak harta dan kesibukan duniawi, maka fokusnya akan terpecah. Pikirannya akan tertuju pada bagaimana cara mempertahankan harta dan menyelesaikan kesibukan tersebut,” kata Rosalina.

Hal ini, lanjut Rosalina, dapat menyebabkan pikiran menjadi kacau dan stres. Kondisi ini tentu saja akan sulit untuk fokus pada ibadah.

“Ketika pikiran kacau dan stres, maka sulit untuk fokus pada hal-hal spiritual. Orang tersebut akan lebih mudah terdistraksi oleh hal-hal lain,” terangnya.

Rosalina menyarankan agar seseorang membuat batasan antara dunia dan akhirat. Waktu untuk bekerja dan mencari harta harus dipisahkan dengan waktu untuk ibadah.

“Penting untuk membuat batasan antara dunia dan akhirat. Jangan sampai duniawi menguasai seluruh hidup kita,” sarannya.

Pentingnya Menjaga Keseimbangan Dunia dan Akhirat

Menjaga keseimbangan antara dunia dan akhirat merupakan hal yang sangat penting bagi seorang Muslim. Hal ini agar hidupnya tidak timpang dan dapat mencapai kebahagiaan dunia dan akhirat.

Kiai Miftachul Akhyar mengatakan bahwa kehidupan dunia adalah tempat untuk mencari bekal untuk kehidupan akhirat. Oleh karena itu, manusia tidak boleh lalai dengan kehidupan dunia dan melupakan akhirat.

“Dunia ini adalah tempat untuk mencari bekal untuk akhirat. Jangan sampai kita lupa dengan akhirat karena sibuk dengan dunia,” kata Kiai Miftachul Akhyar.

Kiai Miftachul Akhyar kemudian memberikan beberapa tips agar seseorang dapat menjaga keseimbangan antara dunia dan akhirat, di antaranya:

  • Meniatkan segala sesuatu karena Allah SWT.
  • Menggunakan harta benda untuk hal-hal yang bermanfaat.
  • Menyisihkan waktu untuk beribadah dan mempelajari agama.
  • Selalu bersyukur atas nikmat yang diberikan Allah SWT.

Kekhusyukan ibadah terancam? dengan menjaga keseimbangan antara dunia dan akhirat, maka seseorang dapat mencapai kebahagiaan dunia dan akhirat. Semoga bermanfaat!

Pos terkait