Pondok Pesantren Universal – Indonesia, sebagai negara yang kaya akan keberagaman budaya dan agama, menganut prinsip “Bhinneka Tunggal Ika” yang mengajarkan bahwa berbeda-beda tetapi tetap satu. Dalam konteks ini, konsep moderasi beragama menjadi kunci penting untuk memperkuat persatuan dan kesatuan bangsa, terutama dalam Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI).
Moderasi beragama diarahkan untuk menciptakan suasana damai, menjadi inspirasi politik, dan mencerminkan komitmen nasional dalam menjaga keberagaman serta toleransi terhadap perbedaan keyakinan. Namun, dalam menghadapi tantangan, seperti ekstremisme dan liberalisme, perlu adanya keseimbangan agar tidak menimbulkan konflik sektarian dan bentrokan ideologis.
Salah satu pondok pesantren di Bandung telah lama membuka pintunya untuk kelompok non-Muslim. Pesantren ini menjadi tempat terbukanya dialog antaragama, pertimbangan terhadap berbagai pendapat, serta menjadi contoh keterbukaan. Pondok Pesantren Universal, bekerja sama dengan Pesantren for Peace, Pesantren Perdamaian Islam, menjadi wadah bagi kalangan non-Muslim untuk mengikuti pembelajaran dan studi banding.
Sebuah contoh nyata dari keterbukaan ini adalah kehadiran Collin Flake, seorang mahasiswa asal Amerika, yang sedang menempuh studi di jurusan Teologi Kristen di Wheaton College University. Collin adalah perwakilan mahasiswa program beasiswa penelitian skripsi di Chicago, yang menjalani penelitian selama 6 bulan di Indonesia.
Dalam wawancara, Collin menyatakan rasa berkatnya selama tinggal di Indonesia. Selama enam bulan, ia belajar bersama orang-orang Indonesia, menjalani pengalaman berharga, dan membangun hubungan dengan orang-orang yang mungkin tidak akan pernah ia temui sebelumnya.
Collin menceritakan kegiatan harian di pesantren, di mana ia berdoa, membaca kitab suci, dan berinteraksi dengan para santri. Meskipun Collin adalah seorang Kristen, ia merasa tidak ada ketakutan ketika tinggal di pesantren yang mayoritas penduduknya Muslim. Ia menjelaskan bahwa, sebenarnya, banyak yang sama antara praktik keagamaan di pesantren dengan di gereja, seperti doa, ibadah, dan upaya mencintai Allah dan sesama.
Selama di pesantren, Collin juga berbagi pengalaman dengan teman-temannya yang beragama Kristen di Amerika. Mereka heran dan bertanya-tanya tentang apa yang sebenarnya terjadi di pesantren. Collin berusaha menjelaskan bahwa keberagaman adalah suatu kekayaan, dan di pesantren, semua orang saling mendukung tanpa adanya rasa takut.
Pengasuh Pondok Pesantren Mahasiswa Universal, KH Tatang Astarudin, menyampaikan prinsip-prinsip kehidupan yang dipegang teguh di pesantren, termasuk nasionalisme, keilmuan, keikhlasan, kesederhanaan, kemandirian, kebersamaan, kebebasan, dan keseimbangan. Collin mengakui bahwa pesan tersebut memberikan pelajaran berharga, terutama dalam hal kepekaan, kemandirian, dan kesiapan untuk berjuang menghadapi masa depan.
Kesaksian Collin menunjukkan bahwa pesantren di Indonesia, khususnya Pesantren Universal, mampu menjadi contoh nyata moderasi beragama. Melalui keterbukaan, dialog antaragama, dan penerimaan terhadap perbedaan, pesantren ini berhasil menciptakan lingkungan yang damai, ramah, dan penuh kasih sayang. Ini adalah bukti bahwa moderasi beragama dapat menjadi landasan kuat dalam membangun persatuan dan kesatuan di tengah keberagaman yang menjadi kekayaan bangsa Indonesia.