SANTRI.WEB.ID, Medan – Pendidikan pada masa Kerajaan Majapahit dan Samudera Pasai telah memberikan kontribusi yang besar bagi perkembangan peradaban di Nusantara. Para sarjana Majapahit dan Samudera Pasai telah menghasilkan berbagai karya tulis yang berharga, yang masih dapat dipelajari hingga saat ini.
Karya tulis para sarjana Majapahit dan Samudera Pasai telah membantu dalam menyebarkan ilmu pengetahuan dan agama di Nusantara. Pendidikan pada masa Kerajaan Majapahit dan Samudera Pasai telah menjadi landasan bagi perkembangan pendidikan di Indonesia.
Meskipun berbeda dalam hal orientasi agama, pendidikan pada masa Kerajaan Majapahit dan Samudera Pasai memiliki beberapa persamaan, yaitu:
- Pendidikan bersifat inklusif, artinya dapat diakses oleh berbagai kalangan masyarakat
- Pendidikan mengajarkan berbagai macam ilmu pengetahuan, baik agama maupun umum
- Pendidikan non-formal juga memiliki peran penting dalam masyarakat
Pendidikan Pada Masa Kerajaan Samudra Pasai
Pendidikan Islam pada masa Kerajaan Samudra Pasai berkembang pesat. Hal ini dikarenakan Kerajaan Samudra Pasai merupakan salah satu pusat penyebaran agama Islam di Nusantara.
Pusat pendidikan Islam pada masa Kerajaan Samudra Pasai adalah masjid dan meunasah. Masjid dan meunasah tidak hanya berfungsi sebagai tempat ibadah, tetapi juga berfungsi sebagai tempat belajar mengajar ilmu agama Islam.
Siswa yang belajar di masjid dan meunasah berasal dari berbagai kalangan masyarakat, termasuk bangsawan, rakyat biasa, dan bahkan siswa dari luar negeri. Masjid dan meunasah mengajarkan berbagai macam ilmu pengetahuan, di antaranya:
- Al-Qur’an
- Hadits
- Fikih
- Tauhid
- Tasawuf
- Bahasa Arab
Selain pendidikan formal di masjid dan meunasah, juga terdapat pendidikan non-formal yang diselenggarakan oleh keluarga dan masyarakat. Pendidikan non-formal mengajarkan keterampilan hidup, seperti bertani, berdagang, dan membuat kerajinan tangan.
Berikut adalah beberapa ciri khas pendidikan Islam pada masa Kerajaan Samudra Pasai:
- Pendidikan bersifat inklusif, artinya dapat diakses oleh berbagai kalangan masyarakat.
- Pendidikan berorientasi pada agama Islam.
- Pusat pendidikan adalah masjid dan meunasah.
- Pendidikan di masjid dan meunasah mengajarkan berbagai macam ilmu pengetahuan, seperti Al-Qur’an, hadits, fikih, tauhid, tasawuf, dan bahasa Arab.
- Selain pendidikan formal di masjid dan meunasah, juga terdapat pendidikan non-formal yang diselenggarakan oleh keluarga dan masyarakat.
Pendidikan Islam pada masa Kerajaan Samudra Pasai telah memberikan kontribusi yang besar bagi perkembangan peradaban Islam di Nusantara. Para ulama Islam Samudra Pasai telah menghasilkan berbagai karya tulis yang berharga, seperti kitab Nurul Isti’anah karya Hamzah Fansuri dan kitab Fathul Jarih karya Syamsuddin as-Sumatrani.
Karya tulis para ulama Islam Samudra Pasai telah dipelajari oleh para santri di berbagai pesantren di Nusantara. Hal ini telah membantu dalam menyebarkan ilmu agama Islam di Nusantara.
Pendidikan Islam pada masa Kerajaan Samudra Pasai telah menjadi landasan bagi perkembangan pendidikan Islam di Indonesia. Hingga saat ini, masjid, meunasah, dan pesantren masih menjadi lembaga pendidikan Islam yang penting di Indonesia.
Pendidikan Masa Kerajaan Majapahit
Pendidikan pada masa Kerajaan Majapahit sangat dipengaruhi oleh agama Hindu-Buddha. Tujuan pendidikan adalah untuk mempersiapkan siswa menjadi anggota masyarakat yang baik dan taat beragama.
Pusat pendidikan pada masa Majapahit disebut mandala atau kadewaguruan. Mandala dipimpin oleh seorang Siddhapandita atau Maharesi, yang disebut Dewaguru. Dewaguru bertanggung jawab atas seluruh kegiatan pendidikan di mandala, termasuk kurikulum, pembelajaran, dan penilaian.
Siswa yang belajar di mandala berasal dari berbagai kalangan masyarakat, termasuk bangsawan, rakyat biasa, dan bahkan siswa dari luar negeri. Mandala mengajarkan berbagai macam ilmu pengetahuan, di antaranya:
- Agama Hindu-Buddha
- Filsafat
- Sastra
- Bahasa Sansekerta
- Hukum
- Matematika
- Astronomi
- Seni bela diri
Selain pendidikan formal di mandala, juga terdapat pendidikan non-formal yang diselenggarakan oleh keluarga dan masyarakat. Pendidikan non-formal mengajarkan keterampilan hidup, seperti bertani, berdagang, dan membuat kerajinan tangan.
Pendidikan pada masa Kerajaan Majapahit cukup maju. Hal ini dibuktikan dengan banyaknya karya tulis yang dihasilkan oleh para sarjana Majapahit, seperti kitab Negarakertagama dan kitab Sutasoma.
Berikut adalah beberapa ciri khas pendidikan pada masa Kerajaan Majapahit:
- Pendidikan bersifat elitis, artinya hanya dapat diakses oleh kalangan tertentu, seperti bangsawan dan masyarakat kaya.
- Pendidikan berorientasi pada agama Hindu-Buddha.
- Pusat pendidikan adalah mandala atau kadewaguruan.
- Pendidikan di mandala mengajarkan berbagai macam ilmu pengetahuan, seperti agama, filsafat, sastra, bahasa Sansekerta, hukum, matematika, astronomi, dan seni bela diri.
- Selain pendidikan formal di mandala, juga terdapat pendidikan non-formal yang diselenggarakan oleh keluarga dan masyarakat.
Pendidikan pada masa Kerajaan Majapahit telah memberikan kontribusi yang besar bagi perkembangan peradaban di Nusantara. Para sarjana Majapahit telah menghasilkan berbagai karya tulis yang berharga, yang masih dapat dipelajari hingga saat ini.
Pendidikan Nusantara pada masa Kerajaan Majapahit dan Samudera Pasai sangat dipengaruhi oleh agama Hindu-Buddha dan agama Islam.
Pendidikan pada masa Kerajaan Majapahit dan Samudera Pasai telah memberikan kontribusi yang besar bagi perkembangan peradaban di Nusantara. Para sarjana Majapahit dan Samudera Pasai telah menghasilkan berbagai karya tulis yang berharga, yang masih dapat dipelajari hingga saat ini.
Karya tulis para sarjana Majapahit dan Samudera Pasai telah membantu dalam menyebarkan ilmu pengetahuan dan agama di Nusantara. Pendidikan pada masa Kerajaan Majapahit dan Samudera Pasai telah menjadi landasan bagi perkembangan pendidikan di Indonesia.***